Mengenai Saya
Categories
- ilmu Elektro (6)
- K3 (1)
- Pengantar Pendidikan (1)
- wisata malang (1)
Search
Archives
Diberdayakan oleh Blogger.
Linknya my prend
- Blogging Is My Life | Internet Science
- Arian Blog
- Coretan Puguh
- Blog Amatiran
- Hari Kurniawan
- : Cerita Sepanjang Penghidupan :
- Indonesia-Ku News
- Akhdanazizan.com
- Eka Puji Sugianto
- Pendidikan Teknik Elektro
- aw... aw... aw...
- Rina Puji Lestari
- Lutfiatul Ummah
- Sinau Elektro
- Elektronik Bank
- Elektro News
- Elektronika
- Sumber Ilmu Dunia
- Step Elektronika
- Dunia Elektro
- Seputar Edukasiku
- Mad Elektro
- iniceritakudotkom
- BELAJAR ELKA
Entri Populer
-
Teori Dasar Motor Induksi Tiga Fasa. Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak dengan m...
-
Dekoder driver 74LS47 merupakan IC TTL yang mempunyai input 4 bit yaitu A, B, C, dan D serta 3 input ekstra RBI, RBO, LT. Ketiga input eks...
-
Menjelajah Kabupaten Malang kita akan menemukan banyak keindahan tersembunyi di sana. Walau banyak yang tak terawat dan dibiarkan apa ad...
-
Program simulator sederhana PLC Omron seri CPM atau Sysmac. Nama program tersebut adalah PLC Simulator versi 1.0 karya Tang Tung Yan, seba...
-
Gambar 1 akan memperlihatkan prinsip kerja dari sebuah generator AC dengan dua kutub, dan dimisalkan hanya memiliki satu lilitan yang ter...
-
Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) a. Pengertian Think Pair Share (TPS) Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggu...
-
Dioda berasal dari kata DI = dua dan ODA = elektroda atau dua elektroda, dimana elektroda-elektrodanya tersebut adal...
-
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA Tujuan Khusus Pengajaran 1. Memahami konsep‑konsep tentang hakikat manusia. 2. ...
-
Perkembanga n teknolog i saa t in i begit u pesatnya , sehingg a peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerja...
-
R a ngk a i a n e l e ktr o ni k a d a ya m e rup a k a n s u at u r a ngk a i a n li s t rik y a ng d a p a t m e ngu...
Total Tayangan Halaman
Minggu, 15 Desember 2013
Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
a. Pengertian Think Pair Share (TPS)
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Pengertian Think Pair Share menurut Trianto (2010:81) adalah :” Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa”. Sedangkan menurut Suyatno (2009: 54) mengatakan bahwa : “TPS adalah model pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplinsit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang dijelaskan atau dialami (berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain)”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat kita ambil kesimpulan Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan tahap thinking ( berfikir), pairing (berpasangan), dan sharing ( berbagi).
b. Keunggulan Think Pair Share
Model pembelajaran tipe TPS ini memiliki beberapa keuntungan. Menurut Kunandar, (2009:367) menyatakan bahwa ”tipe think pair share memiliki keuntungan yaitu “mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselengarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan”.
Dan menurut Buchari (2009:91) menyatakan bahwa “ prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling bantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas”.
Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa TPS merupakan teknik sederhana yang mempunyai keuntungan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa meningkatkan daya pikir (thinking) terlebih dahulu, sebelum masuk ke dalam kelompok berpasangan (pariing), kemudian di bagi ke dalam kelompok (sharing). Pada tipe TPS setiap siswa saling berbagi ide, pemikiran atau informasi yang mereka ketahui tentang permasalahan yang diberikan oleh guru, dan bersama-sama mencari solusinya. Hal ini dapat membuat siswa meninjau dan memecahkan permasalahan yang dari sudut yang berbeda, namun menuju ke arah jawaban yang sama.
c. Tujuan Think Pair Share (TPS)
Tujuan think pair share tidak jauh berbeda dengan tujuan dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Nurhadi (2004:66) tujuan dari TPS adalah ”tujuan secara umumnya adalah untuk meningkatkan penguasaan akademik, dan mengajarkan keterampilan sosial”.
Selanjutnya menurut Trianto (2009:59) berpendapat bahwa “Tujuan pembelajaran kooperatif TPS adalah a) dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, b) unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, c) membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari model kooperatif tipe TPS adalah untuk meningkatkan penguasaan akademik, mengajarkan keterampilan sosial dan membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, serta meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit
d. Karakteristik Think Pair Share (TPS)
Untuk mengetahui tentang model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) kita juga perlu mengetahui karakteristiknya Menurut Atik (2007:5) menyatakan karakteristik model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ada 3 langkah utama yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah Think (berpikir secara individu), pair (berpasangan) dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas). Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Think ( berpikir)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pernyataan atau masalah yang dikaitkan dengan pembelajaran, siswa ditugasi untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Dalam menentukan batasan waktu pada tahap ini guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya teknik “time” atau waktu berfikir yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah adanya siswa yang berbicara, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.
2) Pair (berpasangan)
Langkah kedua ini guru menugasi siswa untuk berpasangan dan diskusikan mengenai apa yang telah mereka pikirkan. Interaksi selama proses ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil yang didapat menjadi lebih baik karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.
3) Share (berbagi)
Pada langkah akhir ini guru menugasi pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan yang lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi lebih efektif apabila guru berkeliling dari psangan satu kepasangan yang lainnya. Langkah share (berbagi) merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumny, dalam arti bahwa langkah ini menolong semua kelompok untuk menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain.
e. Langkah- Langkah Pembelajaran Dengan Menggunakan Think Pair Share (TPS)
Model koopratif tipe Think Pair Share (TPS) mempunyai langkah-langkah pembelajran tersendiri walaupun tidak terlepas dari konsep umum langkah-langkah kooperatif. Langkah-langkah TPS menurut Kunandar (2009:367) sebagai berikut:
1) Langkah 1: Berpikir (Thinking), yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. 2) Langkah 2: Berpasangan (Pairing), yakni guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang dipikirkan. 3) Langkah 3: Berbagi (Sharing), yakni guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan.
Pendapat di atas dipertegas lagi oleh Nurhadi (2004:67) yaitu:
1) Berpikir (thinking), yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran kemudian siswa diberikan waktu satu menit untuk berfikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. 2) Berpasangan (pairing), yaitu guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. 3) Berbagi ( sharing), dimana guru meminta pasangan- pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan.
Sedangkan sintak-sintak TPS menurut Suyatno (2009:54) adalah:
Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku- sebangku (Think- pair), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
Kemudian dijelaskan oleh Buchari (2009:91) sintak- sintak TPS sebagai berikut:
Pertanyaan diajukan untuk keseluruhan kelas, lalu setiap siswa memikirkan jawabanya, kemudian siswa dibagi berpasangan dan diskusi. Pasangan ini melaporkan hasil diskusinya dan berbagai pemikiran dengan seluruh kelas.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penggunaan tipe Think Pair Share yaitu dengan memberikan suatu masalah kepada siswa sehingga siswa berpikir sendiri tentang masalah yang telah diberikan. kemudian siswa diminta duduk berpasangan untuk mendiskusikan masalah yang telah diberikan, lalu masalah yang telah didiskusikan tersebut dipresentasi/ditampilkan di depan kelas agar siswa bisa berbagi dengan siswa yang lain tentang apa yang telah didiskusikan. Pada kegiatan ini guru akan berkeliling dari pasangan yang satu ke pasangan yang lainnya untuk menerima dan memantau laporan dari siswa tentang apa yang telah mereka diskusikan.
Jadi berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Kunandar karena menurut peneliti langkah-langkah tersebut mudah dipahami dan peneliti rincikan sehingga pembelajaran yang diberikan dengan mudah akan dikuasai oleh siswa sebab mereka bisa bekerjasama dengan baik.
Daftar Rujukan:
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.Surabya: Masmedia Buana Pustaka
Kunandar .2009. Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru.Jakarta: Rajawali Press.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstekstual (Context Acing And Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang:Universitas Negeri Malang.
Trianto. 2010.Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.
Sabtu, 04 Mei 2013
ERGONOMI
Perkembangan teknologi saat
ini begitu
pesatnya, sehingga peralatan sudah
menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan
teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping
itu disisi lain akan
terjadi dampak negatifnya, bila kita
kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat
diantisipasi pelbagai risiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja.
Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja,
Penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja
yang dapat menyebabkan kecacatan
atau kematian. Antisipasi ini harus
dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal
sebagai pendekatan ergonomik.
Ergonomi yaitu ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah
manusia pada saat
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ergonomi
ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan
kondisi tubuh manusia ialah
untuk menurunkan stress yang akan
dihadapi. Upayanya antara lain berupa
menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi
tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan
agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa
definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan
untuk “fitting the job to the
worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi
pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal
selain meningkatkan produktivitasnya”.
Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
- Tehnik.
- Fisik.
- Pengalaman psikis.
- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian.
- Anthropometri.
- Sosiologi.
- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.
- Desain, dll.
Pelatihan Ergonomi
Pelatihan
bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang
pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau
dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer
dan lain-lain. Akan tetapi
semuanya ditujukan pada aspek proses
kerja dan lingkungan kerja.
Metode Ergonomi
1. Diagnosis,
dapat dilakukan
melalui wawancara
dengan pekerja,
inspeksi tempat kerja
penilaian fisik
pekerja, uji
pencahayaan, ergonomik checklist
dan
pengukuran lingkungan kerja
lainnya. Variasinya akan sangat luas
mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.
2. Treatment, pemecahan
masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela
yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif
atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu
dan siku, keletihan
, sakit kepala dan lain-lain.
Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain.
Aplikasi/penerapan Ergonomik:
- Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri,
posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan
posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
- Proses Kerja, Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
- Tata letak tempat
kerja, Display harus
jelas
terlihat
pada
waktu
melakukan
aktivitas
kerja. Sedangkan simbol
yang
berlaku
secara
internasional
lebih
banyak
digunakan daripada kata-kata.
- Mengangkat beban,Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengankepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
a. Menjinjing
beban
Beban yang diangkat tidak
melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg
b. Organisasi kerja,Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun.
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi.
- Jarak mengangkat beban dikurangi.
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
c. Metode mengangkat
beban
Bermacam-macam cara
dalam
mengangkat
beban
yakni,
dengan
kepala, bahu,
tangan, punggung dsbnya.
Beban
yang
terlalu berat
dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan
otot dan persendian akibat
gerakan yang berlebihan.
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
- Posisi kaki yang benar.
- Punggung kuat dan kekar.
- Posisi lengan dekat dengan tubuh.
- Mengangkat dengan benar.
- Menggunakan berat badan.
d. Supervisi
medis
Semua pekerja secara kontinyu
harus mendapat supervisi medis
teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
Kelelahan/Fatique
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya
terjadi kelelahan, dalam hal
ini kita
harus waspada dan harus kita
bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya
sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik
akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya
muncul tiba-tiba
dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini
adalah bentuk yang umum. Kemungkinan
merupakan sejenis “mekanisme
melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik.
Semangat yang baik dan motivasi
kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
4. Upaya kesehatan
kerja dalam mengatasi
kelelahan, meskipun seseorang mempunyai
batas ketahanan, akan tetapi beberapa
hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan
yang tidak seharusnya terjadi :
Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat
yang cukup saat makan siang. Kesehatan pekerja
harus tetap dimonitor. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus Waktu perjalanan dari dan
ke tempat
kerja harus
sesingkat
mungkin, kalau
memungkinkan. Secara aktif
mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja. Waktu
untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja Kelompok pekerja yang rentan
harus lebih diawasi misalnya;
- Pekerja remaja
- Wanita hamil dan menyusui
- Pekerja yang telah berumur
- Pekerja shift
- Migrant.
Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat
stimulan atau zat addiktif
lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak
sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak
mata dan kecepatan reflek jari
dan mata
serta kecepatan mendeteksi sinyal,
atau pemeriksaan pada serabut otot
secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi
apakah ada hubungannya dengan masalah
ergonomi, karena mungkin saja masalah
ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
Label:K3 | 0
komentar
Langganan:
Postingan
(Atom)